Berbekal Mi Instan Membangun Tempat Kuliner Gaul, Gaet Pengunjung Anak Muda

Usaha kuliner yang hanya mengandalkan menu sederhana sedang menjamur. Selain makanan dan minuman, layanan tambahan seperti Wi-Fi dan live music jadi magnet untuk mendatangkan banyak pengunjung.

Menjaring anak muda datang ke suatu tempat, jelas bukan pekerjaan yang gampang. Yang namanya anak muda, tentu suka tempat yang tak ketinggalan zaman.

Anak muda seringkali mendatangi tempat-tempat yang dianggap sedang tren, atau biasa disebut tempat yang gaul. Ini juga terjadi saat anda memutuskan membuka usaha kuliner. Belakangan, muncul usaha kuliner seperti kafe tapi kelasnya menengah ke bawah.

Misalnya, kemunculan kafe-kafe dengan menu andalan varian mi instan. Selain jadi tempat kongkow, sajian mi instan yang dipadukan racikan bumbu khusus dan toping tertentu jadi daya tarik pengunjung.

Atau, muncul juga usaha kuliner roti yang digabung dengan kopi. Hampir semuanya kebanyakan dapat respons positif dari kalangan anak muda.

Berbekal Mi Instan Membangun Tempat Kuliner Gaul, Gaet Pengunjung Anak Muda

Beberapa tempat yang belakangan lagi tren, contohnya Warunk Upnormal asal Bandung, What’s Up cafe dari Jakarta, atau Roti Jhon Fresh. Kemiripan dari semua tempat-tempat kuliner ini adalah harga makanan dan minumannya yang tidak terlalu mahal.

Tapi, untuk urusan layanan, enggak kalah dengan kafe-kafe yang berada di hotel ataupun yang dianggap kelas atas.

Hanna Gatry Maulida, Manajer Humas What’s Up Cafe, mengatakan, tempat kulinernya memang didesain khusus mengikuti tren anak muda. “Jadi, orang yang makan disini menjadi betah,” ujar dia.

Menu Sederhana: Mi Instan Andalan Utama

Untuk urusan menu juga kelihatannya sederhana. Walau menampilkan mi instan merek Indomie sebagai jualan utamanya, pilihan menu mencapai belasan bahkan puluhan. Mi instan disajikan dengan beragam toping, seperti telur, sosis, keju, kornet, serta bakso.

Begitu juga dengan roti, Hafizh Suradiharja, pemilik Roti Jhon Fresh, bilang, roti yang disajikan memang beragam jenis. Sehingga, pengunjung tidak pernah bosan untuk memilih berbagai sajian roti.

Hafizh menceritakan, awal usahanya dengan membuka gerai Roti John Fresh di Jakarta pada 2009 lalu. “Saya merintis usaha ini dengan modal awal Rp 50 juta,” bebernya.

Ia menjelaskan, rotinya terbuat dari bahan baku lokal dan diracik langsung oleh dirinya. Dengan begitu, varian dan rasa yang Hafizh ciptakan berbeda dengan roti-roti lainnya.

Selain roti, Hafizh juga menjual aneka kopi yang berasal dari 10 biji kopi khas Indonesia. “Jadi, hanya kami yang menjual Singapore toast di Indonesia dengan sajian kopi terbaik khas Indonesia,” kata Hafizh.

Yang menarik, potensi keuntugan usaha kuliner gaul cukup menggiurkan. Hafizh mengungkapkan, setiap gerainya mengantongi omzet hingga Rp 5 juta per hari. Dalam hitungannya, setiap gerai bakal balik modal alias break event point dalam waktu 15 bulan.

Tidak mau kalah dengan usaha kuliner gaul lainnya, Agus Mulyana, Manajer Kemitraan Warunk Upnormal, mengklaim tempatnya juga ramai dikunjungi anak-anak muda. “Dalam sehari bisa 150 pengunjung yang datang,” kata dia.

Ya, tempat kuliner gaul ini memang sedang jadi tren. Namun, untuk bertahan butuh konsep yang jelas. Apa saja yang perlu diperhatikan saat akan mendirikan kuliner gaul ini. Berikut ulasannya:

Memilih Lokasi Usaha

Posisi menentukan prestasi. Ucapan yang sering diucapkan banyak orang ini memang tidak ada salahnya juga dipakai untuk memilih lokasi kuliner gaul yang akan anda dirikan. Jangan sampai konsep kuliner yang sudah anda pilih terbentur lokasi yang tidak pas dengan pangsa pasar yang diincar.

Memang, pasar usaha kuliner gaul dikota-kota besar khususnya Jakarta masih besar. Misalnya, Warunk Upnormal di daerah Tebet, Jakarta Selatan, selalu ramai pengunjung dihari biasa, apalagi sepanjang akhir pekan. Menurut Hana, dari 11 lokasi gerai What’s Up Cafe, yang paling ramai memang berada di wilayah Jakarta.

Tapi, dalam jangka panjang potensi di Ibukota RI sudah tidak terlalu besar lagi. Karena itu, usahakan agar anda mengincar pasar di daerah yang memiliki kesempatan untuk melakukan manuver serta inovasi lebih bebas. Untuk daerah-daerah pinggiran Jakarta, seperti Bekasi, Bogor, dan Depok masih punya pasar besar.

Belum lagi menyasar pasar di daerah luar Pulau Jawa. Ini sekaligus merupakan kesempatan untuk memperkenalkan diri lebih luas lagi ke masyarakat. Plus, area yang tersedia alias available space yang paling mudah, kan, di daerah-daerah, lantaran tempat-tempat lifestyle juga masih kurang.

Hafizh menuturkan, dari 12 gerai Roti John Fresh, beberapa diantaranya bercokol diluar Jawa, seperti Samarinda, Pekanbaru, Palu, dan Tanjung Pinang. “Pasarnya masih terbuka lebar,” ungkap dia.

Sekarang, tinggal bagaimana anda melihat potensi daerah yang akan dipilih. Salah satu yang bisa jadi patokan, apakah daerah yang Anda incar terdapat tempat selain kuliner yang banyak dikunjungi anak muda. Misal, ada distro atau tempat jualan baju anak muda.

Untuk tempat, ada baiknya untuk menghitung budjet juga. Jika memang ada anggaran lebh, anda bisa membeli langsung lahan yang akan dipakai sebagai lokasi usaha. “Kebanyakan gerai kami memang sewa, lebih ringan membayarnya,” ujar Hafizh.

Pilihan Menu

Entah bagaimana awalnya, tren warung kuliner dengan mengandalkan menu mi instan dan roti tiba-tiba begitu menjamur. Yang jelas, pilihan makanan yang tepat bisa membuat tempat kuliner gaul anda banyak dikunjungi orang.

Hanna mengatakan, menu di What’s Up Cafe memang cukup beragam. Walau cuma mi instan yang ditawarkan, variannya bisa mencapai belasan bahkan puluhan. Ada sekitar 24 pilihan mi instan ditempat ini. Beberapa diantara jadi favorit pengunjung, seperti Indomie Blackpaper Beef, Indomie Oseng Mercon, Indomie Spesial What’s Up, dan Indomie Spicy Tuna. Ragam menu Indomie ini dihargai mulai Rp 6.000 hingga Rp 75.000 per porsi untuk Indomie Hang Out.

Selain menu mi instan, ada pula tawaran sajian lain di What’s Up Cafe. Contohnya, roti bakar dan nasi goreng.

Begitu pula dengan Warunk Upnormal yang menawarkan Indomie, roti bakar, susu segar, dan kopi. Sajian Indomie andalan kedai gaul ini tentu berbeda dengan What’s Up Cafe. Misalnya, indomie Sambal Mentah, Indomie Cibi, Indomie Soto Samin Daging Kambing Muda, dan Indomie Sadis Mampus. Harganya mulai Rp 6.500 hingga Rp 36.500 per porsi untuk menu makanan dan Rp 6.000 sampai Rp 25.000 per gelas untuk minuman. Warung Upnormal pun menyebut dirinya sebagai pelopor kafe Indomie di Indonesia.

Tak mau kalah, Hafizh menyebutkan, kurang lebih ada 70 varian roti manis dan asin yang dijual di Roti John Fresh. Di samping itu, konsumen juga bisa menikmati kopi arabika Indonesia dan aneka makanan lain. Sebut saja, John Wing, John Bento, John Snack, dan aneka makanan penutup seperti puding serta es krim.

Makanan dan minuman di Roti John Fresh dibanderol dengan harga Rp 10.000 hingga Rp 50.000. hafizh bisa memproduksi lebih dari 10.000 potong roti dalam sebulan. “Harga memang menentukan karena kalau terlalu mahal maka anak muda susah datang,” ujar dia.

Hanna juga menceritakan, harga yang terjangkau juga membuat pesanan yang datang lebih banyak daripada menetapkan harga mahal tapi yang datang malah sedikit.

Layanan Tambahan

Yang namanya anak muda, memang tak puas jika hanya makan dan minum. Kebanyakan dari mereka membutuhkan hiburan selain kuliner.

Hanna menjelaskan, konsep anak muda yang diusung kedai gaulnya memang membutuhkan layanan  tambahan. “Fasilitas WiFi yang internetnya kencang menjadi salah satu layanan tambahan kami,” ujarnya.

Maklum, di era teknologi dan smartphone yang canggih, banyak pengunjung yang sambil menikmati kuliner tetap harus berselancar di internet. Hafizh mengatakan, layanan WiFi memang jadi satu keharusan di sebuah tempat kuliner.

Bukan cuma itu, kedai gaul juga mesti menyediakan aneka permainan atau games yang sedang digandrungi anak muda. “Misal, kartu board Uno atau ular tangga,” kata dia.

Dengan b erbagai games ini, pengunjung bisa lebih berlama lagi di kedai. Tentu saja dengan harapan, mereka memesan lebih banyak lagi makanan.

Menurut Hanna, terkadang tempatnya juga menyediakan pertunjukan musik atau live music akustik. Sembari menikmati makanan dan minuman, pengunjung dihibur dengan alunan musik membuat tempat kuliner menjadi semakin nyaman buat didatangi.

Konsep Tempat

Konsep tempat yang sedap untuk dipandang juga jadi salah satu faktor sukses tempat kuliner gaul. Salah satunya, menyediakan dua kawasan tempat menyantap. Satu untuk smoking area, satu lagi non smoking area. Karena buat sebagian orang, asap rokok sangat mengganggu kenyamanan.

Jika pilihan ini diambil, tentu anda harus memiliki ruangan yang cukup besar. Tapi, jika itu menjadi salah satu syarat tempat anda laku dikunjungi, memang layak diterapkan.

Setelah membagi ruangan, maka anda perlu memikirkan furniture kedai. Hafizh menjelaskan, saat ini konsep minimalis memang jadi tren. “Ditambah dengan ornamen besi dan kayu palet,” ungkap Hafizh.

Begitu juga di What’s Up Cafe, yang furniturenya banyak didesain dengan ornamen kayu. Tambah lagi, dengan warna warni di daerah tembok.

Menyediakan lahan untuk parkir yang luas juga jadi salah satu daya tarik untuk mendapatkan pengunjung. Jika kedai kuliner gaul tidak membuat hati pengunjung nyaman dengan kendaraan yang dibawa, mereka bisa menjauhi alias tidak mendatangi tempat anda.

Berani mencoba peruntungan di bisnis kedai gaul?

Baca juga:

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.