Toko Busana Online Masih Menjanjikan Meskipun Persaingan Makin Kencang

Untuk menjangkau pasar yang luas dengan modal terbatas, banyak pelaku usaha mengandalkan toko online. Tak terkecuali dalam bisnis busana. Desain dan kualitas produk menjadi kunci sukses menuai klik dan belanja dari pengunjung.

Selain makanan, pakaian juga menjadi salah satu buruan umat manusia di dunia ini. Tak heran, potongan kain ini menjadi kebutuhan pokok manusia.

Permintaan pakaian tak berhenti mengalir lantaran produk busana ini mengenal tren, baik yang berkaitan dengan model, jenis kain yang dipakai, hingga warna. Alhasil penjualan baju yang mengadopsi tren terkini selalu memikat konsumen yang gemar mengikuti tren.

Penikmat fashion pun makin leluasa berbelanja pakaian dengan kehadiran gerai-gerai online. Sama seperti peritel yang menawarkan produk melalui department store atau toko fisik lainya, pelaku usaha bidang busana yang menekuni jalur online ikut menikmati pertumbuhan pasar busana. Bahkan, beberapa di antaranya justru mencapai sukses dari lapaknya di dunia maya ini.

Riana Bismarak, salah satunya. Dia mendirikan gerai online bertajuk belowcepek.com. Perempuan yang berlatar belakang dunia perhotelan ini mengawali bisnis toko online fashion pada 2011. Sebelumnya, penyuka fashion ini pernah membuka butik di salah satu pusat belanja ternama pada 2010. Namun, dia terpaksa menutup butik tersebut setahun kemudian lantaran kurang berkembang. Riana memilih jalur online untuk menjangkau pasar dari luar Jakarta.

Toko Busana Online Menjanjikan Meski Persaingan Makin Kencang

Sesuai dengan nama gerainya, harga memang menjadi pertimbangan penting bagi Riana. Riana mengisi etalase gerainya dengan aneka produk busana berbanderol harga di bawah Rp 100.000 per potong. Konsep inilah yang membuat gerainya cepat mendapat banyak pengunjung.

Tak hanya harga yang menjadi kekuatan Below Cepek. Riana juga ingin mengangkat produk lokal. Sebab, dalam riset pasar yang dilakoninya, perempuan 38 tahun ini menemukan mayoritas toko online menjual pakaian dari luar negeri, terutama Korea Selatan, China dan Jepang. Dia pun ingin mengubah pemikiran negatif masyarakat mengenai produk dalam negeri.

Perempuan yang pernah menjabat corporate director di Waterbom Jakarta ini menggelontorkan modal Rp 100 juta dari kantong pribadinya untuk merintis Below Cepek. Setengah dari modal itu dia gunakan untk membuat website. Sementara, untuk stok produk, dia bekerjasama dengan lima UKM di Jakarta.

Kini, sudah lebih dari 70 UKM di berbagai kota yang menjadi rekan Below Cepek. Sebagian produk UKM tersebut dibeli putus oleh Riana. Sisanya, dengan sistem revenue sharing alias bagi hasil. Misalnya, 70% untuk pemilik produk dan 30% untuk Below Cepek.

Sejak awal, Riana memilih bekerjasama dengan UKM, khususnya penjahit baju di beberapa kota, supaya dia bisa fokus di pemasaran. Sejatinya, banyak pelaku UKM yang bisa memproduksi baju dengan harga terjangkau tetapi tidak semuanya berkualitas baik.

Untuk mendapatkan produk yang sesuai, Riana mencari sendiri pemasoknya. Dua pertimbangan Riana dalam memilih produk adalah model dan kualitas.

Berbagai jenis produk fashion bisa dipesan di Below Cepek, mulai dari pakaian, aksesori, tas, sepatu, hingga bulu mata. Harganya berada di kisaran Rp 19.000-Rp 99.000 per item. Saat ini, volume penjualan Below Cepek mencapai 1.000 potong per bulan.

Dalam empat tahun, Below Cepek berkembang pesat menjadi pusat perbelanjaan online. Penjualan situs itu melaju. Riana pun terus berbenah agar semakin banyak orang yang membeli produk fashion lokal melalui toko onlinenya.

Ke depan, dia pun melihat usaha toko online ini sangat menjanjikan karena masyarakat kian percaya dengan produk yang dijual secara online.

Busana Muslimah

Peluang berbisnis toko online busana juga ditwangkap oleh Diajeng Lestari. Perempuan 29 tahun ini mendirikan Hijab Up (hjup.com) sebagai e-commerce produk fashion khusus bagi kaum muslimah.

Sejak awal, Ajeng memang memilih busana muslim sebagai lahan bisnisnya. Dengan populasi muslim terbesar di dunia, pasar fashion muslim sangat potensial di Indonesia. Sama seperti Riana, Ajeng yang pernah bekerja sebagai market researcher di sebuah perusahaan ini mengawali langkahnya berbekal riset. Dia melakukan penelitian dan wawancara dengan beberapa orang yang menjalani bisnis serupa.

Dari situ, dia membuat catalog fashion online. Bersama sang suami, Achmad Zaky Syaifudin yang jago IT, dia membangun Hijup sebagai e-commerce yang menjadi platform untuk menjembatani pemilik merek busana muslim. Hijup, yang merupakan singkatan dari Hijab Up, muali berselancar di dunia maya pada 1 Agustus 2011.

Ajeng mengenang, awalnya sulit untuk menggaet produsen busana muslim untuk memajang produk di Hijup. Hambatan itu pun sempat menggoyahkan ikhtiarnya. Namun, dia terus meyakinkan diri bahwa usaha ini bakal berhasil.

Pada bulan-bulan pertama, Hijup memiliki 14 tenant. Penjualannya terus merangkak naik,, seiring jumlah pengunjung dan konsumen yang terus meningkat.

Hingga awal 2013, ada sekitar 1,5 juta orang yang melongok Hijup yang sudah menggandeng 70 tentant. Video tutorial hijab yang dipublikasi lewat Youtube pun ditonton lebih dair 8 juta orang. Saat itu, Hijup mampu meraup omzet Rp 1 miliar per bulan.

Pada tahun 2014, Hijup memperoleh 1,6 juta kunjungan. Sekitar 20% di antaranya berasal dari luar Indonesia, seperti Malaysia, India, dan Amerika Serikat.

Tahun ini, bersamaan dengan pertumbuhan bisnis startup, Hijup juga bertumbuh pesar. Pendapatan Hijup naik tiga kali lipat dibanding tahun lalu dengan rata-rata 400 transaksi saban hari. Kini, ada 83 tenant yang bergabung dengan 200 merek.

Riset terakhir memperkirakan bahwa fashion muslim akan mencapai 11,2% dari total belanja fashion global dalam tiga tahun ke depan. Nilai pembelanjaanya hingga US$ 322 miliar di tahun 2018.

Informasi lengkap

Saat ini, banyak pengusaha memilih merintis bisnis lewat jalur online untuk menawarkan produknya lantaran konsep ini menawarkan banyak keunggulan. Selain kebutuhan modal lebih ringan, jangkauan pasarnya juga sangat luas. Lantaran kedua hal ini pula, Riana dan Ajeng memilih penjualan online dalam bisnis mereka.

Untuk merintis HIjup, Ajeng hanya bermodal Rp 5 juta. Modalnya memang tak besar lantaran sang suami yang juga pemilik bukalapak.com menangani semua tetek-bengek berkaitan dengan website.

Maklum, masa-masa memulai bisnis merupakan momen penuh risiko, karena belum terlihat seperti apa jadinya bentuknya bisnis ini. Untuk itulah, Ajeng amat berhemat saat itu. Bisnis online memungkinkannya untuk memiliki ruang pertamanya hanya berukuran 3 meter x 3 meter, dengan dua orang karyawan untk bagian administrasi.

Lain halnya dengan Riana. Dari modal Rp 100 juta, pembuatan website mengambil anggaran hingga Rp 50 juta. Dalam bisnis fashion, penghematan modal maupun biaya operasional bisa dilakukan dalam tahap awal. Kuncinya, pelaku usaha mau terlibat langsung. Ambil misal, untuk menampilkan produk baru, Ajeng menjadi stylist saat pemotretan dan mengkoordinasi pemotretan.

Begitu pula dengan Riana yang sampai saat ini hanya mempekerjakan enam orang karyawan. Setiap pemotretan produk baru langsung berada di bawah arahannya. Bahkan, tak jarang Riana juga menjadi model yang mengenakan produk Below Cepek.

Namun, seperti bisnis umumnya untuk menjual fashion dalam sistem online, fokus pelaku usaha adalah dalam hal pemasaraan. Oleh karena itu, sebagian dari mereka memilih untuk tidak memproduksi sendiri produk yang dijualnya.

Baik Ajeng dan Riana mengandalkan pihak ketiga, baik tenant ataupun supplier, untuk semua produk yang ditawarkan melalui gerai online mereka. Proses seleksi produk yang ketat pun menjadi kunci keberhasilan bisnis online ini.

Ajeng menyaring tenant yang bergabung dengan hijup.com degnan mempertimbangkan kreativitas, kualitas dan karakter. Untuk sisi kreativitas, dia mendorong desain baru, bukan sekadar menjiplak.

Soal kualitas, dia ingin produk yang dijual di hijup.com bisa menyaingi brand luar negeri. Selanjutnya, jika desainer mampu menyajikan karakter brand yang kuat akan memacu mereka untuk tak sekadar ikut-ikutan dalam mendesain produk.

Begitu pula dengan Riana. Dia amat ketat menyeleksi vendor untuk Below Cepek. Untuk mendapatkan produk yang sesuai, Riana juga langsung turun ke lapangan mencari supplier lokal Indonesia.

Soal pemasaran sendiri, gerai online juga jangan kalah dengan gerai fisik. Ini adalah soal mengolah penampilan website semenarik mungkin serta menawarkan beragam program promosi menarik. Intinya, bagaimana caranya agar pelanggan tak berpaling dan konsumen baru melirik produk Anda.

Di belowcepek.com, Riana berusaha setiap pagi menampilkan koleksi baru. Sampai saat ini, masih dia sendiri yang mengelola tampilan seluruh lapaknya, baik website maupun akun media sosial Below Cepek. Maklum, angin persaingan semakin kencang. Baik dari toko online sejenis di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk fashion muslimah, Ajeng melihat banyak startup yang menyasar pasar yang sama. Sebut saja Hijabenka, Saqina, The Hijab by PinkEmma, dan baru-baru ini Muslimarket. Sementara, di luar negeri e-commerce serupa bermunculan di Turki.

Tak jauh berbeda, Riana juga melihat kompetisi yang ketat dalam bisnis busana online ini. Bukan hanya dalam negeri, banyak pemain dari luar yang juga masuk. Dia pun merasa beruntung meluncurkan Below Cepek jauh sebelum e-commerce bertumbuh pesar seperti sekarang.

Selain inovasi agar tetap unggul dibanding pesaing, faktor aman dan terpercaya bisa membuat gerai online, termasuk produknya disukai pelanggan. Berbisnis online berarti juga harus memberikan informasi lengkap tentang produk yang dijual. Pengalaman pertama berbelanja di sini sangat menentukan loyalitas pelanggan. Jadi, kualitas produk, ketepatan informasi, dan keamanan bertransaksi harus diperhatikan benar.

Menurut Ajeng, sebagai perusahaan teknologi, salah satu asset penting adalah sumber daya manusia (SDM) di bidang teknologi informasi (IT). Bukan hanya untuk memastikan server tidak down, tapi juga menyangkut pembayaran dan inovasi di bidang teknologi. Sekarang dari 90 orang karyawan hijup.com, sebagian besar mengurus IT dan mengontrol kualitas produk serta layanan konsumen.

Jika Anda juga menyukai dunia fashion, tidak ada salahnya melangkah lebih maju dengan menjajal membuka gerai busana di dunia maya.

Baca juga:

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.