Bimbingan Belajar Tiki Taka ~ Usaha Waralaba Dengan Metode Calisqro

Perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat menandakan usaha ini memiliki potensi pasar yang besar. Lihat saja Bimbingan Belajar Tiki Taka milik Mubarik Ahmad, hanya dalam waktu 5 tahun Bimbel Tiki Taka sudah memiliki ratusan murid dengan 6 cabang yang tersebar di Jabodetabek. Seperti apa bimbel dengan metode Calisqro (Baca, Tulis, Iqra) ini?

Awal Usaha Bimbingan Belajar Tiki Taka

Kesadaran yang semakin besar dari banyak orang tua untuk memberikan pelajaran tambahan pada putra putrinya di luar jam sekolah membuat usaha bimbingan belajar (bimbel) semakin menjanjikan. Salah satu pelaku usaha yang tertarik dengan pasar usaha bimbel ini adalah Mubarik Ahmad.

Pria yang akrab disapa Ahmad ini memutuskan untuk terjun ke usaha bimbel sejak 2010. Dengan bermodalkan uang sebesar Rp 30 juta, Ahmad mulai mempersiapkan semua kebutuhan usahanya mulai dari banner hingga brosur, serta mengurus semua perizinan usaha pada instansi terkait.

Dengan menyasar segmen anak usia play group hingga Sekolah Dasar yang belum banyak dilirik pelaku usaha bimbel lainnya membuat Bimbel Tiki Taka mendapatkan respons positif dari masyarakat. Respons tersebut dapat dilihat dari jumlah murid yang mencapai puluhan pada awal usahanya dibuka.

Bimbel Tiki Taka Gunakan Metode Calisqro

Untuk membangun siswa yang bukan hanya pintar pada pelajaran umum melainkan juga dalam pendidikan agama khususnya Islam, Bimbel Tiki Taka menggunakan metode khusus Calisqro  (Baca, Tulis, Iqra) yang masih jarang digunakan oleh para pelaku bimbel lainnya. Pada metode ini siswa akan diajarkan berbagai materi pelajaran yang berhubungan dengan membaca, menulis, dan membaca Alquran yang baik dan benar.

Bimbingan Belajar Tiki Taka ~ Usaha Waralaba Dengan Metode Calisqro

Guna memberikan kenyamanan dan menjaga konsentrasi siswa dalam belajar, setiap siswa akan belajar secara privat di mana untuk satu orang guru atau pembimbing hanya mengajarkan 3 orang siswa. Suasana kelas juga tidak seperti kelas pada umumnya, siswa yang belajar tidak menggunakan meja maupun kursi melainkan mereka belajar dengan menggunakan matras dan meja kecil sehingga keakraban antara siswa dan pengajar terus terjaga.

Para pengajar di Bimbel Tiki Taka merupakan pelajar berkualitas. Mereka adalah pengajar yang berpengalaman dalam mengajar akademik dan memiliki pemahaman psikologi anak.

Biaya untuk belajar di Tiki Taka cukup terjangkau mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 340 ribu per bulan. Dengan biaya tersebut siswa akan belajar 2 kali atau 4 kali seminggu dengan satu kali pertemuan berdurasi 1 jam. Untuk waktunya, bisa menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan siswa.

Modal Usaha Waralaba Bimbel Tiki Taka

Walaupun sudah banyak permintaan sejak pertama kali didirikan, namun Ahmad baru berani membuka kerja sama pada tahun 2015. Selain untuk memperkuat sistem manajemen dan SDM, waktu 5 tahun digunakan Ahmad untuk mempelajari tentang bagaimana menjalankan usaha dengan sistem waralaba serta mengurus berbagai perizinan seperti izin Dinas Pendidikan dan mendaftarkan brand usaha ke Ditjen HKI.

Ada dua sistem yang ditawarkan yaitu sistem full service dan semi franchise. Investasi untuk kedua sistem tersebut sama yaitu sebesar Rp 25 juta untuk kontrak kerja sama selama lima tahun. Dengan investasi tersebut, Terwaralaba (Mitra) akan mendapatkan support pre-opening mulai dari riset analisa pasar, analisa biaya, financial plan lima tahun, desain 3D outlet eksterior dan interior, desain promosi, pelatihan SDM dan juga promo opening. Investasi tersebut di luar pengadaan tempat, peralatan serta biaya untuk merenovasi tempat.

Kedua sisterm yang ditawarkan berbeda dalam sistem pengelolaannya, untuk full service semua pengelolaan , pengadaan guru, kepala cabang, tim administrasi dan manajemen dilakukan oleh Mitra. Dan pihak pusat hanya akan melakukan support bulanan secara berkala dengsan konsep royalty fee 10% dari SPP siswa setiap bulan.

Sedangkan pada kemitraan semi franchise, pengelolaan, pengadaan kepala cabang, guru, tim administrasi serta manajemen dilakukan oleh pihak pusat degnan konsep sharing profit 55% untuk Mitra dan 45% untuk manajemin pusat Bimbel Tiki Taka. Untuk perpanjangan kontrak Ahmad hanya mewajibkan Mitra membayar 59% dari franchise fee yang berlaku atau sekitar Rp 12.5 juta.

Dengan pengalaman selama lima tahun, Ahmad optimis bahwa usaha yang dijalankan Mitra akan berkembang. Karena itu Ahmad berani memberikan asumsi balik modal sektiar 1 bulan. Namun bila dihitung dari modal keseluruhan yang digunakan mulai dari sewa tempat, membeli peralatan dan lainnya maka asumsi balik modal yang bisa dicapai Mitra selama 1,5 tahun.

Mendatangi Sekolah dan TK

Dalam memasarkan usahanya Ahmad mengaku menggunakan berbagai cara. Bukan hanya menyebarkan brosur dan memasang spanduk, Ahmad juga mendatangi taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar yang tersebar di sekitar Depok, Jawa Barat. Selain itu ahmad juga melakukan promosi melalui internet dan mengikuti Franchise License Expo Indonesia.

Sedangkan untuk kendala yang dihadapi, Ahmad mengaku tidak ada kendala yang berarti termasuk dalam persaingan usaha. Karena dengan pengalaman yang dimiliki selama lima tahun ini, Ahmad berusaha untuk bisa keluar dari berbagai permasalahan yang ada.

Info lebih lanjut mengenai usaha waralaba bimbel ini, hubungi :

Bimbel Tiki Taka
Jl. Majapahit Raya No 74 Depok II Tengah
Tlp : (021)98264392
HP : 08119119040
Email : info@bimbeltikitaka.com
Web : www.bimbeltikitaka.com

Baca juga:

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.