Menjadi entrepreneur adalah pilihan pengusaha muda sukses Gusti Dhia Hidayat. Pengalamannya terjun ke bisnis sejak duduk di bangku SMA membuatnya paham betul membangun usaha. Meski sempat jatuh bangun, Ketua Umum HIPMI Banjar ini pantang menyerah. Tak cukup mengelola bisnis perkebunan kelapa sawit, pelabuhan dan batubara, dalam waktu dekat pria berusia 24 tahun ini siap melakukan ekspansi bisnis dengan membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit serta bisnis diindustri perunggasan. Bagaimana kisah suami dari Hallida Rachmawati ini membangun bisnisnya di usia muda?
Bisnis Sejak SMA
Yang muda yang berkarya, begitu sekilas gambaran sosok Gusti Dhia Hidayat. Gusti lahir dari keluarga bangsawan Banjar, Kalimantan Selatan yang menghabiskan SD hingga SMP di kota kelahirannya dan sempat SMA di Bekasi, Jawa Barat serta melanjutkan kuliah di Curtin University Singapura dengan mengambil dua jurusan sekaligus. Usai menyabet dua gelarnya dari Singapura hingga kini Gusti Dhia Hidayat mengaku belum pernah bekerja pada orang lain. Ia memilih menjadi entrepreneur mengikuti jejak omnya yang sukses di bisnis pertambangan batubara juga kelapa sawit. Menurutnya ia telah terjun ke dunia bisnis sejak ia duduk di bangku SMA. “Waktu itu kan (sekitar 2007) baru rame-ramenya tuh distro, saya minta temen buat desain kaos dan produksi di Bandung, lalu saya pasarkan,” ungkapnya membuka perbincangan. Dari sekadar iseng dan modal sekitar Rp 5 juta, rupanya kaos yang diberi label BLAST itu sangat diminati. Agar cepat dikenal ia pun melakukan berbagai trik marketing menarik seperti mensupport kaos para personel band, meng-endorse artis seperti artis-artis televisi, Soleh Solihun Stand Up Comedy, host siaran radio hingga beriklan di makalah remaja. Ia juga memanfaatkan media sosial, menjual produknya lewat jalur komunitas, hingga bekerja sama dengan beberapa distro ternama seperti Crooz, dan distro lainnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Terus meningkatnya permintaan, membuat Gusti yakin akan bisnis distro yang dijalaninya sejak SMA hingga ia kuliah itu. Ia pun membuka distro BLAST di Jalan Bangka, Kemang, Jakarta Selatan. “Dulu kuliah Senin-Kamis. Tiket pesawat juga masih murah, jadi saya pulang ke Jakarta Kamis malam dan balik lagi ke Singapura Minggu malam, “ ujar Gusti yang menjalani bisnis sambil kuliah. Namun sayang karena menjamurnya bisnis distro, Gusti menghentikan sementara bisnis yang identik dengan anak muda itu. “Sementara BLAST kita off kan dulu, ini mau kita mulai lagi,” ujar Gusti yang suka ngeband itu.
Ikuti Jejak Keluarga
Selain menekuni bisnis distro, diam-diam, putra pertama dari Sultan Haji Kharul Saleh Al-Mu’tashim Billah juga tertarik dengan bisnis batubara yang dijalankan keluarganya sejak lama. “Sejak SMA saya suka ikut om dan teman saya bisnis batubara, tapi baru di tahun 2011 saya benar-benar mulai bisnis trading batubara dengan dukungan keluarga,” ujarnya. Gusti Dhia Hidayat mengatakan perlu modal sekitar Rp 2 miliar hanya untuk bisnis jual beli batubara. “Karena kita beli dari perusahaan tambang dan jual lagi ke perusahaan lain, jadi trader (broker) aja dikawasan, Kalimantan Timur,” ucapnya. Namun merosotnya harga batubara sejak tahun lalu membuat banyak perusahaan batubara tak lagi mau berbagi keuntungan dengan trader. “Karena margin perusahaan makin tipis, mereka nggak mau lagi sharing profit, jadi sementara trading batubara juga saya berhentikan,” keluhnya. Masih di tahun 2011, Gusti melihat banyak penambang yang akan masuk pelabuhan untuk memasukkan batubara ke kapal tongkang selalu mengantre. Ia menangkap peluang emas tersebut dengan membangun pelabuhan batubara masih di Kalimantan Selatan. “Kebetulan teman saya lebih dulu buka pelabuhan di sana dan ramai. Makanya saya tertarik,” aku Direktur Utama PT Hamparan Berkah Daya Lestari (HBDL). Sementara itu, terkait permodalan, Gusti mengaku dibantu perbangkan, karena modalnya yang lebih besar dari trading batubara. Kini hanya dua bisnis yang sedang dijalani Gusti yakni pelabuhan batubara dan kelapa sawit. “Kalau kelapa sawit saya melanjutkan bisnis teman yang sudah dimulai sejak 2009,” tukasnya. Diatas lahan yang tersedia seluas 20 ribu hektar ia menanam kelapa sawit menghasilkan baru sekitar 10 ribu ton tiap tahunnya. “Target kita 7 tahun ke depan produksi meningkat jadi 300 ribu ton,” tambah pria yang juga menjabat sebagai Direktur Operasional PT Borneo Indo Tani itu.
Ekspansi Bisnis
Tak hanya itu Gusti Dhia Hidayat juga siap melakukan ekspansi bisnis dengan membangun pabrik pengolahan kelapa sawit di Kalimantan Selatan. Menurutnya jika hanya menanam sawit margin-nya tidak terlalu besar, yaitu sama seperti bertani buah-buahan. “Selama ini pengolahan kita masih dilakukan dipabrik teman saya, makanya kita akan bangun pabrik pengolahan kelapa sawit yang ditargetkan selesai 2 tahun ke depan. Kebetulan belum ada di sekitar kebun kami,” imbuh suami dari Hallida Rachmawati ini. Pertemuan Gusti dengan mitra bisnisnya di kelapa sawit juga membuahkan ide bisnis baru yang segera akan direalisasikannya dalam waktu dekat. “Saya juga akan bangun hatchery and breeding farm (pembibitan dan penetasan) anak ayam,” ujarnya. Gusti menilai terus meningkatnya permintaan daging ayam, membuatnya tergiur mencicipi untung dari perputaran bisnis di bidang perunggasan itu. “Ayam akan terus dibutuhkan masyarakat dan permintaan terus meningkat, makanya prospek untuk dijalankan,” ujar ayah satu anak ini. Dari kedua usaha yang dijalaninya saat ini Gusti yang kini bertempat tinggal di jakarta mengaku tetap mengontrol bisnisnya setiap hari siang dan malam. Iapun menyempatkan diri terbang ke Kalimantan 2 kali setiap bulannya untuk memastikan bisnisnya berjalan lancar. Saat ini tak kurang dari 350 orang karyawan berada dibawah tanggung jawab Gusti baik di perkebunan kelapa sawit juga pelabuhan batubara.
Berkembang Pesat
Dari kedua bisnis yang sedang dijalaninya, Gusti Dhia Hidayat sangat bersyukur atas rejeki yang telah diberikan. Ia mengatakan perusahaan bisnis kelapa sawitnya saat ini berkembang pesat dengan area tertanam lebih dari 7000 hektar sedangkan dari bisnis pelabuhan dan batubara juga tetap berjalan walaupun kondisi perekonomian nasional sedang melemah. Pria yang baru berusia 24 tahun ini mengatakan banyak belajar dari omnya yang telah lama terjun ke dunia bisnis. “Mentor saya di bisnis ya om saya juga istri saya, karena dia seorang akuntan hebat. Kalau saya buta sama keuangan,” ujar Gusti yang mengaku banyak belajar pada orang yang lebih berpengalaman darinya. Terjun ke beberapa jenis bisnis berbeda sejak tahun 2007 memberi pengalaman menarik bagi Gusti. Gusti pun tak menampik jika ia pun pernah mengalami pasang surut usaha hingga mengalami bisnis batubara yang sempat tidak jalan. “Pelabuhan sempet stagnan, tapi dengan minta bantuan sana sini, bisa jalan lagi,” ujar pria yang merelakan menjual kantornya yang wah di Kota Kasablanka.
Tips Sukses
Gusti Dhia Hidayat memberikan saran bagi pengusaha yang baru akan memulai usaha. Menurutnya menjadi pengusaha adalah pilihan hidup. Seorang pengusaha baru harus pandai belajar keuangan, memperketat pengeluaran, pandai-pandai berhemat. “Kalau bisa pengusaha itu semakin kecil pengeluaran tapi bisa dapat sebesar-besarnya pemasukan,” ujar Ketua Umum Badan Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Banjar periode 2014-2017 ini. Menurutnya seorang pengusaha itu menentukan nasibnya sendiri. Sehingga berusaha harus lebih giat, mencari peluang pasar yang mendatangkan untung. “Di saat mengalami masalah apalagi kegagalan usaha segera bangkit, banyak berdoa dan beribadah hingga jangan lupa kewajiban (berzakat),” pungkas pria yang murah senyum ini.
Baca juga: